Selasa, 01 Mei 2012

Kreteria Manager Proyek Yang Baik

Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi.

KRITERIA MANAJER yang BAIK dan EFEKTIF

a. Inovasi dan Menjaga Stabilitas
b. Menetapkan gambaran dan terlibat langsung di lapangan
c. Mendorong individu tetapi juga menekan tim
d. Campur tangan atau tidak
e. Fleksibel tapi ketat
f. Loyalitas tim dan loyalitas organisasi
Kontradiksi ini memerlukan kecakapan khusus bagi manajer proyek untuk mengambil posisi mereka dan menempatkan keputusan sesuai dengan keadaan. Terpaku pada suatu prinsip yang ketat tidak akan menyelesaikan masalah, karena manajer proyek tidak bekerja sendiri. Dalam buku yang sama Grey&Larson (2006) juga menggambarkan ciri-ciri dari seorang manajer proyek yang efektif. Diantaranya adalah:
a. Pemikir Sistem, kemampuan dalam berpikir untuk mengelola interaksi antar komponen dan sumber daya proyek yang berbeda-beda, karena tidak bisa dikatakan efektif apabila penyelesaian masalah hanya secara parsial. Hal ini akan mempersulit sang manajer untuk mengambil keputusan.
b. Integritas Pribadi, membangun dan meningkatkan kemampuan diri menjadi sangat penting dilakukan terlebih dahulu sebelum meningkatkan kemampuan anggota tim.
c. Proaktif, bedakan dengan reaktif. Para manajer proyek dituntut tidak hanya akan melihat peristiwa yang telah terjadi (reaktif), akan tetapi juga selalu meneropong masa depan dan berjuang keras menemukan masa depan proyek (Kartajaya, 2003)
d. Toleransi yang tinggi terhadap Stress, mengingat proyek merupakan hal yang rumit dan kompleks, pasti akan menimbulkan tekanan terhadap orang yang bebankan tanggungjawab kepadanya. Manajer proyek harus mampu mengelola kondisi psikologis mereka agar dapat bertahan dalam tekanan.
e. Perspektif Bisnis Umum, seorang manajer proyek harus memahami dasar-dasar bisnis dari disiplin teknis yang berbeda-beda sebagai kerja antar fungsional.
f. Komunikator yang baik, telah dijelaskan sebelumnya.
g. Manajemen waktu yang efektif, telah dijelaskan sebelumnya.
h. Politikus Mahir, strategi dalam menghadapi banyak orang dan mendapatkan dukungan dari semua pihak merupakan cirri penting manajer proyek yang sukses.
i. Optimis, Slater (1999) dalam bukunya Saving Big Blue mengatakan “Anda dalam kesulitan Besar jika Menganggap anda Sudah Selesai”. Maksud dari kata-kata ini ialah, masalah-masalah yang sudah diselesaikan tidak bisa kita lepas begitu saja, karena pada nantinya kan bermunculan masalah-masalah baru di dalam pelaksanaan proyek. Kepercayaan diri terhadap proyek, mampu membuat seorang manajer proyek melakukan inovasi dan mengubah strategi proyek ke arah yang lebih baik tanpa meninggalkan perencanaan yang telah ditetapkan.

sumber : 
Kouzes, J. M: "Tantangan Kepemimpinan," Jossey-Bass Publishers, CA.
http://cassiopeialovers.blogspot.com/2012/04/kreteria-manager-proyek-yang-baik.html
www.projectsmart.co.uk/top-10-qualities-project-manager.html

Software open source

Open Source adalah sebuah sistem baru dalam mendistribusikan software kepada

pengguna dengan memberikan program dan source code nya secara gratis. Bahkan

pengguna dapat mempelajari dan melakukan modifikasi untuk membuat software

tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka, User juga dapat menggunakan software open

source dengan bebas tanpa mengeluarkan biaya untuk membeli lisensi dari software

tersebut. User tinggal mendownload software tersebut di internet dengan bebas.

User lalu dapat melakukan modifikasi terhadap sebuah software open source

tanpa ada yang melarang atau mendapat sangsi dari perusahaan tertentu. Sehingga user

dapat berkreasi memodifikasi software sesuai dengan yang dibutuhkan. Setelah user

memodifikasi sebuah software open source, maka user tersebut dapat mendistribusikan

hasil modifikasinya ke pengguna umum.




Berikut adalah keuntungan software Open Source:

Sisi pengguna:

* Gratis
* Pengguna dapat terlibat dalam pengembangan program karena memiliki
* source code nya
* Respon yang baik dari pemakai sehingga bug dapat ditemukan dan
* diperbaiki dengan lebih cepat.

Sisi developer:

* Seluruh komunitas mau dan dapat membantu untuk membuat software anda
* menjadi lebih baik
* Tidak ada biaya iklan dan perawatan program
* Sebagai sarana untuk memperkenalkan konsep anda

Sumber : http://kurodiamond.blogspot.com

COCOMO

COCOMO (Constructive Cost Model) dikembangkan pada tahun 1981, oleh Barry Boehm memperkenalkan hirarki model estimasi PL dengan nama COCOMO, Barry Boehm mendesain COCOMO untuk memberikan estimasi / perkiraan jumlah Person-Months untuk mengembangkan suatu produk software. Referensi pada model ini dikenal dengan nama COCOMO 81.
Pada tahun 1990, muncul suatu model estimasi baru yang disebut dengan COCOMO II. Secara umum referensi COCOMO sebelum 1995 merujuk pada original COCOMO model yaitu COCOMO 81, setelah itu merujuk pada COCOMO II.
COCOMO II diset sebagai siklus hidup software modern. Orgininal COCOMO model sudah sangat berhasil, tetapi tidak sesuai dengan praktek pengembangan software yang lebih baru sebagaimana dengan software tradisional. COCOMO II menargetkan proyek software pada tahun 1990an sampai 2000an dan akan terus berkembang dalam beberapa tahun ke depan.
Sejarah Singkat Cocomo
COCOMO pertama kali diterbitkan pada tahun 1981 Barry Boehm W. ’s Book ekonomi Software engineering sebagai model untuk memperkirakan usaha, biaya, dan jadwal untuk proyek-proyek perangkat lunak. Ini menarik pada studi dari 63 proyek di TRW Aerospace mana Barry Boehm adalah Direktur Riset dan Teknologi Perangkat Lunak pada tahun 1981. Penelitian ini memeriksa proyek-proyek ukuran mulai dari 2.000 sampai 100.000 baris kode, dan bahasa pemrograman mulai dari perakitan untuk PL / I. Proyek-proyek ini didasarkan pada model pengembangan perangkat lunak waterfall yang merupakan proses software umum pembangunan di 1981.
Referensi untuk model ini biasanya menyebutnya COCOMO 81. Pada tahun 1997 COCOMO II telah dikembangkan dan akhirnya diterbitkan pada tahun 2000 dalam buku Estimasi Biaya COCOMO II Software dengan COCOMO II. adalah penerus dari COCOMO 81 dan lebih cocok untuk mengestimasi proyek pengembangan perangkat lunak modern. Hal ini memberikan lebih banyak dukungan untuk proses pengembangan perangkat lunak modern, dan basis data proyek diperbarui. Kebutuhan model baru datang sebagai perangkat lunak teknologi pengembangan pindah dari batch processing mainframe dan malam untuk pengembangan desktop, usabilitas kode dan penggunaan komponen software off-the-rak. Artikel ini merujuk pada COCOMO 81.
Pengertian Cocomo
COCOMO terdiri dari tiga bentuk hirarki semakin rinci dan akurat. Tingkat pertama, Basic COCOMO adalah baik untuk cepat, order awal, kasar estimasi besarnya biaya perangkat lunak, namun akurasinya terbatas karena kurangnya faktor untuk memperhitungkan perbedaan atribut proyek (Cost Drivers). Intermediate COCOMO mengambil Driver Biaya ini diperhitungkan dan Rincian tambahan COCOMO account untuk pengaruh fase proyek individu.

Ada tiga model cocomo, diantaranya ialah:

1. Dasar Cocomo

Dengan menggunakan estimasi parameter persamaan (dibedakan menurut tipe sistem yang berbeda) upaya pengembangan dan pembangunan durasi dihitung berdasarkan perkiraan DSI.
Dengan rincian untuk fase ini diwujudkan dalam persentase. Dalam hubungan ini dibedakan menurut tipe sistem (organik-batch, sebagian bersambung-on-line, embedded-real-time) dan ukuran proyek (kecil, menengah, sedang, besar, sangat besar).

Model COCOMO dapat diaplikasikan dalam tiga tingkatan kelas:

• Proyek organik (organic mode) Adalah proyek dengan ukuran relatif kecil, dengan anggota tim yang sudah berpengalaman, dan mampu bekerja pada permintaan yang relatif fleksibel.
• Proyek sedang (semi-detached mode)Merupakan proyek yang memiliki ukuran dan tingkat kerumitan yang sedang, dan tiap anggota tim memiliki tingkat keahlian yang berbeda
• Proyek terintegrasi (embedded mode)Proyek yang dibangun dengan spesifikasi dan operasi yang ketat

Model COCOMO dasar ditunjukkan dalam persamaan 1, 2, dan 3 berikut ini:

keterangan :
• E : besarnya usaha (orang-bulan)
• D : lama waktu pengerjaan (bulan)
• KLOC : estimasi jumlah baris kode (ribuan)
• P : jumlah orang yang diperlukan.

2. Intermediate Cocomo

Persamaan estimasi sekarang mempertimbangkan (terlepas dari DSI) 15 pengaruh faktor-faktor; ini adalah atribut produk (seperti kehandalan perangkat lunak, ukuran database, kompleksitas), komputer atribut-atribut (seperti pembatasan waktu komputasi, pembatasan memori utama), personil atribut ( seperti aplikasi pemrograman dan pengalaman, pengetahuan tentang bahasa pemrograman), dan proyek atribut (seperti lingkungan pengembangan perangkat lunak, tekanan waktu pengembangan). Tingkat pengaruh yang dapat diklasifikasikan sebagai sangat rendah, rendah, normal, tinggi, sangat tinggi, ekstra tinggi; para pengganda dapat dibaca dari tabel yang tersedia.

3. Detil Cocomo

Dalam hal ini adalah rincian untuk fase tidak diwujudkan dalam persentase, tetapi dengan cara faktor-faktor pengaruh dialokasikan untuk fase. Pada saat yang sama, maka dibedakan menurut tiga tingkatan hirarki produk (modul, subsistem, sistem), produk yang berhubungan dengan faktor-faktor pengaruh sekarang dipertimbangkan dalam persamaan estimasi yang sesuai. Selain itu detail cocomo dapat menghubungkan semua karakteristik versi intermediate dengan penilaian terhadap pengaruh pengendali biaya pada setiap langkah (analisis, perancangan, dll) dari proses rekayasa PL.

Sumber : http://yhu-dhie.blogspot.com dan warta warga gunadarma

AHMAD RIDWAN SIREGAR MLib

Di tengah kisah-kisah sedih berbagai perpustakaan kampus di Indonesia, Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) justru sangat menggairahkan. Kampus yang didirikan tahun 1952 itu memiliki sebuah perpustakaan berstandar internasional yang siap melayani pengunjungnya sejak pukul 09.00 sampai 21.00, baik hari kerja maupun libur. Bisa dikatakan, perpustakaan USU tidak pernah tutup.
Untuk melayani pengunjung, perpustakaan USU selain melayani dengan cara manual juga melayani dengan sistem jaringan pengaksesan melalui komputer (networking online) dari pencarian bahan sampai peminjaman. Pengaksesan melalui komputer ini bisa dilakukan di semua jurusan di USU, bahkan di mana pun di dunia ini lewat alamat web site http://library.usu.ac.id.
Dengan klik pada mouse, dalam tempo tak sampai satu menit judul buku atau biodata tentang seorang tokoh atau referensi tertulis yang kita butuhkan, misalnya, sudah tersedia di layar monitor komputer. Setelah judul buku atau judul jurnal ditemukan di layar, untuk meminjamnya tak sulit. Pelayanan manual dilakukan hanya dengan menunjukkan kartu tanda anggota kepada petugas pengecekan. Kemudian, barcode yang ada di buku diakses oleh komputer. Selesai. Begitu juga sebaliknya jika ingin mengembalikan buku yang dipinjam selama dua minggu tersebut. Sangat modern dan tidak berbelit-belit. Dengan cara yang komputerisasi ini, semua buku jelas terlacak jejaknya dan tercatat dengan baik.
Nama : Ahmad Ridwan Siregar MLib
Tempat Tanggal Lahir : Padang Sidempuan, 25 November 1953
Ahmad Ridwan Siregar MLib, yang menjadi "arsitek" atau "desainer" sistem perpustakaan USU ini. Ia memulai karier sebagai pustakawan di perpustakaan USU sejak tahun 1991, sekembali tugas belajar mengambil program studi perpustakaan di University of Wales, Inggris.
Padahal, ketika di Inggris itu ia mendapat tawaran langsung melanjutkan studi strata 3 (S3) di tempat yang sama oleh profesor ahli perpustakaan di kampusnya, Prof William Son. Bahkan untuk membujuk Ridwan Siregar agar mau melanjutkan lagi, kepada Ridwan Siregar khusus dikirim formulir pengisian persetujuan melanjutkan studi ke S3. Biasanya, sang mahasiswa yang memohon untuk mendapatkan formulir itu.
Ridwan menolak tawaran melanjutkan pendidikan tersebut dan lebih memilih menjadi kepala Perpustakaan USU sebagaimana ditawarkan Rektor USU-ketika itu M Yusuf Hanafiah. Ia merasa terpanggil untuk mengurus perpustakaan karena menurutnya sudah masanya USU memiliki perpustakaan yang representatif.
Menurut Ridwan, ia punya obsesi tersendiri tentang perpustakaan yang baik di almamaternya itu. Padahal, jabatan menjadi kepala perpustakaan hingga kini selalu diasumsikan sebagai tempat pembuangan para dosen karena tempatnya kering.
Ridwan mengakui tak mudah mereformasi perpustakaan di kampus USU. Ia harus bekerja keras melakukan pembaruan dari berbagai sudut. Dari manajemen perpustakaan saja sudah banyak hal harus dirombak. Juga, ia harus membuat struktur personalia dan pengaturan tata ruang perpustakaan yang ideal. Namun, yang paling membikin pusing katanya adalah masalah pendanaan atau budgeting perpustakaan.
Saat Ridwan datang kembali di USU tahun 1991, kondisi Perpustakaan USU tak jauh berbeda dari sekadar tempat penyimpanan buku-buku alias "gudang". Ia merasa sedih sekali sebab perpustakaan adalah salah satu jantung perguruan tinggi.
Umumnya, buruknya kondisi perpustakaan terjadi karena kondisi manajemen dan struktur personal perpustakaan tidak mendukung. Pada tahun 1991 itu di Perpustakaan USU hanya ada kepala perpustakaan dan kepala tata usaha ditambah staf beberapa orang. Dengan jumlah personel semacam ini tentu tak mungkin mampu mengurusi ratusan ribu buku untuk 20.000 mahasiswa dan 1.700 dosen.
Ayah dari seorang putra dan dua putri buah perkawinannya dengan Hasanah Lubis ini lalu bertekad harus berani mengubahnya secara total. Struktur manajemen pengurusan di perpustakaan bukan hanya ada di bawah seorang kepala perpustakaan dan kepala tata usaha saja, tetapi harus terbagi dalam sejumlah bagian yang berbeda-beda tugasnya.
Pembagian ini misalnya: tata usaha terdiri dari kesekretariatan, keuangan, kerumahtanggaan, sekuriti, dan penjaga tas. Kemudian ada sekretaris unit yang membawahi petugas bagian pengadaan, pengatalogan dan perawatan, serta pelayanan pengguna.
Ia juga melakukan penataan ruang baca, ruang buku, pengadaan buku, pengadaan jurnal, pengadaan bahan digital, pengatalogan buku, nonbuku, perawatan pustaka, sampai koleksi khusus.
Ketika Ridwan mulai memimpim perpustakaan USU, anggaran yang disediakan universitas hanya Rp 35 juta sampai Rp 40 juta setahun. Padahal, dalam standar internasional, anggaran belanja perpustakaan adalah sebesar enam persen dari total operasional sebuah perguruan tinggi (PT) yang artinya seharusnya berlipat kali dari jumlah 35 juta itu.
Hasil kerja keras Ridwan dan kawan-kawan tidaklah sia-sia. Perpustakaan USU bisa meraih peringkat terbaik di seluruh Indonesia dalam model manajemen dan operasional pada tahun 1995. Penilaian itu dilakukan oleh Higher Education Development Support bekerja sama dengan United State Agency for International Development.
Menurut Ridwan, jika ingin menjadikan perpustakaan sebagai pusat kebudayaan, tidak bisa tidak, anggaran perpustakaan harus dinaikkan enam persen. Oleh Rektor USU Prof Chairuddin P Lubis anggaran sebesar enam persen pun diwujudkan dengan memperoleh Rp 508,537 juta tahun 1996, kemudian naik tahun 2001 ini menjadi Rp 800 juta lebih.
Berdasarkan survei tahun 2000, indeks pengunjung perpustakaan USU meningkat tajam sebanyak 686.835 orang atau 13.000 lebih dalam seminggu. Padahal, tahun 1991 lalu jumlah pengunjung itu hanya 30.000 orang pertahun. Kenaikan 2.300 persen.
Sistem komputerisasi dijalankan sejak tahun 1996. Jumlah petugas kini 72 orang, (21 pustakawan, 15 pendidikan perpustakaan, tujuh pegawai, tujuh Satpam, dan belasan tenaga honorer) yang siap melayani.
Gedung perpustakaannya pun megah, berdiri di atas lahan seluas 6.000 meter persegi dengan bangunan empat tingkat. Kini di dalamnya tersedia 108.595 judul berbagai koleksi dalam jumlah 427.085 eksemplar. Koleksi ini meliputi buku, jurnal (cetak dan mikrofis), kaset audio, disket komputer, CD-Rom (database, multimedia dan fulltext), juga deposit USU.
Bahkan perpustakaan USU sejak tahun 2000 juga memiliki deposit (proceedings) Asian Development Bank dan deposit World Bank, yang tidak semua perpustakaan di perguruan tinggi Indonesia memilikinya.

Sumber :
http://www.infoperpus.8m.com/news/2001/02022001_2.htm